Aku Sempurna
Semua mendambakan kesempurnaan, dalam dunia yang menurutnya
tidak sempurna. Jika dunia ini saja menurutnya tak sempurna, apa yang mereka
harap Tuhan berikan padanya? Kesempurnaan?
Pepatah mengatakan, rumput tetangga akan selalu terlihat
lebih hijau. Entahlah tetangga yang mana. Pastinya buat sebagian besar dari
kita, melihat orang lain dan membandingkannya dengan diri sendiri adalah hal
yang umum. Jikalau tubuh kita pendek, maka mata akan melirik iri orang lain
yang tingginya menjulang seperti galah. Atau jika kulit kita gelap, maka mata
akan memicing sebal melihat orang lain yang berkulit terang layaknya model
iklan sabun dari Korea.
Wajar memang karena manusia--kabarnya--tak pernah puas.
Topik ini memang umum, semua orang punya keinginan yang sama
tentang kesempurnaan, bahwa mereka semua menginginkan itu. Semua orang
mendambakan kesempurnaan. Tapi, apa semua orang punya konsep yang sama? Tentang
sempurna dan kebalikannya?
Mari kita pikirkan tentang ular kobra dan ular phyton.
Apakah kesamaan keduanya? Mereka adalah hewan jenis ular. Lalu apa yang
membedakannya? Tuhan menciptakan ular kobra dengan tubuh yang tidak sebesar
phyton. Otot lilitannya pun tak sekuat phyton. Lalu apakah karena itu ia jadi
tak berdaya menghadapi lawan yang besar? Tidak. Tuhan memberinya bisa yang
dapat merobohkan gajah dengan berat berton-ton. Tuhan membuatnya tak sebesar
phyton agar gerakan melatanya dapat segesit cicak di dinding, agar elang
pemangsa tak gampang menyergapnya kala menjelajah hutan.
Contoh lain, mari kita pikirkan lagi tentang kaktus dan
beringin. Kaktus hidup di tanah yang kadar airnya amat rendah, di daerah dengan
curah hujan yang amat kecil dengan suhu yang panasnya diatas rata-rata. Bahkan
mungkin kita tak sempat berkeringat disana karena butir keringat terlanjur
menguap sebelum keluar melalui pori kulit. Berbeda sekali dengan beringin yang
diberi tempat hidup penuh hujan dengan tanah berlimpah air.
Lalu, apakah kemudian kaktus menjadi merana lalu mati?
Tidak. Tuhan menciptakan sel batang kaktus dapat menampung air dalam jumlah
banyak, lalu ada lapisan lilin pada hampir seluruh batangnya agar air tak
gampang menguap. Daunnya pun dibuat kecil dan meruncing layaknya duri dengan
stomata--atau "hidung"nya tanaman--yang sedikit agar tak banyak air
yang ikut terbuang saat ia bernapas. Semua dalam rancangan yang sempurna.
Lalu, apa yang membuat kita selalu berpikir tentang
ketidaksempurnaan? Kesalahan Tuhankah?
Bukan dunia ini yang tidak sempurna. Bukan pula Tuhan yang
keliru menitipkan amanahnya pada kita. Cara berpikir kita lah yang membuat
semua titipan-Nya pada kita tak lebih baik dari titipan-Nya pada orang lain. Maka,
melihatlah dari sebanyak-banyaknya mata orang lain yang memandang kekurangannya
pada diri kita.
Jika kau tak menemukan mata itu, lihatlah dari mata-Nya saat
menciptakanmu. Betapa Ia membentukmu lalu menyempurnakan rupamu
* * *
Komentar
Posting Komentar