Namanya Keling
Kami memanggilnya Keling. Orangnya pendiam, kecil, ceking, hanya berbalut kulit legam tanpa daging. Badannya tak pernah berbaju, sekalipun. Jadi rusuknya yang kering tertonton kemana-mana tiap ia berjalan di depan rumah-rumah kami. Bukan seperti bapak-bapak berperut buncit yang berjalan bangga menonjolkan bulat perutnya tanpa baju, Keling selalu berjalan tertunduk. Tapi walaupun selalu menatap tanah saat berjalan, kakinya tak pernah lurus berjalan, terantuk-antuk. Seringkali sampai terjatuh. Itu karena kakinya pun tak pernah beralas, sekalipun. Kata orang-orang, Keling tak berpendidikan. Jadi kau tak boleh dekat-dekat dengannya. Orang yang tak bersekolah hanya akan merusak otak. Sekali kau bertukar pikiran dengannya, akal cerdasmu akan langsung mengerut, lapuk mengering. Rumah kecil Keling yang berdinding papan berdiri diantara rimbun ilalang halaman yang tak pernah dipangkas, persis di depan sekolah. Tinggi gulma-gulma disana bahkan bisa menyembunyikan