Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2015

Gores-gores Asa

Neskya yang duduk di bangku samping mobil masih berkutat dengan buku gambarnya. Coretan pensil hitam dengan beragam ketebalan warna tercoret membentuk pemandangan indah di atas kertas. Entahlah, semua yang digambar Neskya terlihat indah oleh siapapun, walau hanya dari goresan karbon hitam. Jalanan didepanku masih panjang dan deretan kendaraan yang tak kunjung maju ini pun masih sama panjangnya dengan bentangan aspal jalan. Aku hanya melihat lurus kedepan, melepaskan tangan dari setir mobil, berpangku tangan. “Yakin kau cuma memilih pensil-pensil ini?” di toko buku waktu itu, sekali lagi kuperlihatkan lima macam pensil hitam berbagai jenis—A, B, HB, 2B, 3B—kedepannya dan ia sekali lagi mengangguk. Pensil-pensil itu kumasukkan lagi ke keranjang belanja. “Ayah mau menggambar juga?” Neskya bertanya padaku ketika ternyata dikeranjang belanja juga tetap kuletakkan pensil 12 warna. Aku mengangguk, tersenyum. Dalam hati yang kuinginkan hanya agar ia tahu apa itu wa