Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2015

Cuilan Kisah Masa Bocah (5) : Aku Sudah Berkepala Dua

Seringkali kenangan-kenangan kecil dapat jadi peneman sunyi hati, peneguh iman, dan penguat juang. Masa inilah satu penentu penting pribadi kita kini. Bertumbuk-tumbuk memori baru datang, janganlah lekangkan kisah-kisah kanak kita. Beranjak dari lampaulah, maka saat ini jadi lebih berarti.... * * * Pernahkah kau berpikir tentang waktu, tentang bagaimana ia cepat berganti, menuju dimensi yang tak pernah kau gapai sebelumnya? Saat itu terjadi, dirimu tak lebih dari seorang penonton yang melambai--tanpa tahu itu tak akan berarti--ke lintasan pambalap dengan mobil-mobil Ferrari-nya, melaju cepat dan tak menghirau. Ketika kecil aku ingin waktu cepat berlalu, menjadi dewasa, dan semuanya tanpa penghalang. Bebas bertingkah, bebas bercuap, leluasa melakukan hampir apapun. Tapi waktu seakan menunggangi keong. 24 jam terasa amat berlebih. Waktu buatku terasa lebih dari cukup. “Aku akan berulang tahun ke-10!” ucapku girang pada Mama. Akhirnya, setelah penanti

Sebuah Tanya, Untuk Ibu

Pernah aku bertanya pada ibu, "Apa maknanya aku untukmu?" Ibu tersenyum dan melontar balik tanyaku, "Apa maknanya juga aku untukmu?" "Seperti jantungku, kau lebih berharga dari itu," jawabku. Lalu ibu mengelus lembut rambutku dan balas menjawab, "Kau hidup dari darahku, maka kau adalah aku. Seperti itulah kau bagiku." (Hanya sebuah syair, dari dalam kamar sunyi).