Cuilan Kisah Masa Bocah (5) : Aku Sudah Berkepala Dua


Seringkali kenangan-kenangan kecil dapat jadi peneman sunyi hati, peneguh iman, dan penguat juang. Masa inilah satu penentu penting pribadi kita kini. Bertumbuk-tumbuk memori baru datang, janganlah lekangkan kisah-kisah kanak kita. Beranjak dari lampaulah, maka saat ini jadi lebih berarti....

* * *

Pernahkah kau berpikir tentang waktu, tentang bagaimana ia cepat berganti, menuju dimensi yang tak pernah kau gapai sebelumnya? Saat itu terjadi, dirimu tak lebih dari seorang penonton yang melambai--tanpa tahu itu tak akan berarti--ke lintasan pambalap dengan mobil-mobil Ferrari-nya, melaju cepat dan tak menghirau.

Ketika kecil aku ingin waktu cepat berlalu, menjadi dewasa, dan semuanya tanpa penghalang. Bebas bertingkah, bebas bercuap, leluasa melakukan hampir apapun. Tapi waktu seakan menunggangi keong. 24 jam terasa amat berlebih. Waktu buatku terasa lebih dari cukup.
“Aku akan berulang tahun ke-10!” ucapku girang pada Mama. Akhirnya, setelah penantian setahun penuh dengan usia berdigit satu. 365 hari yang amat menyita! Batinku saat itu.
Lalu saat hari bersejarah itu tiba, kue ulang tahun istimewa terbentang di meja makan. Tak ada lilin berangka 10, hanya doa kami sekeluarga yang menyertai harapan itu. Agar berumur panjang dan sehat selalu. Agar ulangtahun itu tak berhenti di angka 10, tapi lebih dari itu.
Dan ketika dewasa akhirnya datang, waktu seperti tak tertangkap, berlalu begitu cepat dan ingin sekali buatku ia melambat dan berhenti. Tapi bukan mati.
“Aku sudah 25,” gumamku lemas saat kalender berjalan diangka 14, 2 minggu setelah akhir tahun, 13 hari setelah tahun baru, dan 15 tahun setelah aku girang bukan kepalang akhirnya berumur 10. “Aku sudah seperempat abad,” gumamku lagi. Dan sungguh ini tak sekadar butuh doa-doa panjang umur serta sehat selalu. 
Karena ternyata sesungguhnya kini aku belum siap untuk besar, untuk dewasa. Aku belum siap untuk mati.
Karena sungguh, sepertinya kita semua tak akan pernah siap untuk itu. Karena waktu tak akan pernah cukup.

* * * * *

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ayo, Ceritakan Liburanmu!

Lini Transisi, Ketika Seni Bercerita tentang Sejarah