Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2012

Ma, Ini Surat Cintaku!

Gambar
Aisyah serius sekali menulis sesuatu siang ini. Tangannya meliuk-liuk lincah di atas selembar kertas merah jambu, mulut mungilnya bergerak-gerak lambat tanpa suara seperti merapalkan sesuatu. Sesekali kepalanya mendongak keatas lalu kembali ke kertas sambil tersenyum-senyum penuh arti. Tak ada yang tahu apa yang ia tulis. Sejam kemudian tulisan itu selesai. Ia mengela napas lega, menatap puas kertas merah jambunya yang kini penuh kata. Melipatnya tiga bagian sama rata, rapi. Memasukkannya ke amplop kecil yang juga berwarna merah jambu. Mencolekkan lem di mulut amplop dan menutupnya. Apik sekali. Bahkan di bagian depan amplop sampai ada pita kecil merah jambu menghiasi tulisan Happy Valentine . Anak kelas 3 SD yang cerewet dan lincah itu pun langsung berlari kecil ke kamar mamanya, menyodorkan amplop merah jambu tadi ke hadapan mamanya. “Ma, kirimin ya!” katanya penuh semangat. Mamanya membaca sekilas tujuan surat itu lalu tersenyum mengangguk. Wajah Aisyah pun berbinar. “Kata

Misteri Matinya Si Burung Gereja

Gambar
Hari ini sekitar jam 10 tadi pagi seekor burung gereja mati tenggelam di bak mandiku, terapung dengan posisi paruh terendam air dan kedua sayap yang tak mengembang, mengatup seperti kedinginan. Bangkainya belum mengeluarkan bau. Jelas. Ia baru mati beberapa saat. Mungkin sejam yang lalu sebelum  saya temukan. Saya tak tahu kenapa. Jarang ada burung yang masuk kamar mandi yang itu. Juga kamar mandi lainnya. Saya lebih sering menangkap basah kodok sawah hijau lumut menjijikkan yang sedang asik berenang di lubang WC atau nangkring siap nyebur di pinggir ember bak mandi. Sungguh membuat jengah. Kadang butuh waktu berjam-jam membuat kodok jelek itu pergi dengan sendirinya dari kamar mandi. Mereka biasa mampir saat malam sampai subuh dan menghilang lagi ketika matahari muncul. Saya masih heran, tak habis pikir mengapa burung mungil itu sampai mati di bak mandi kosan. Malang nian. Tak terpikirkah olehnya akan mati disana? Saya yakin, jika diminta, ia akan memilih mati di sarangnya

Kakiku Juga Cuma Satu, Kawan

"Daripada merutuki panas terik, bukankah berteduh atau mengembangkan payung diatas kepala itu lebih baik?" Disuatu kota tinggalah dua orang teman dekat bernama Bambang dan Tarjo. Bambang berbadan besar dan gendut. Sedangkan Tarjo berbadan sedang. Bambang tak dapat melihat dan Tarjo hanya punya satu kaki. Cepat sekali mereka berdua akrab ketika pertama kali bersua karena Tarjo tak pernah meledek  Bambang, begitu pula sebaliknya. Mereka saling mendukung, saling menghormati. Suatu hari, Bambang meminta Tarjo menemaninya membeli celana. Karena tak ada penjual jasa tempa pakaian, Bambang tak dapat menempa pakaian. Ia terpaksa pergi ke toko walau tahu kemungkinan mendapat celana seukurannya tidak gampang. Ketika sampai di toko pertama, Bambang bertanya pada penjual di toko,”Apa di toko ini ada celana untuk ukuran saya?” Sambil menepuk-nepuk pahanya, menunjukkan kalau ukuran celananya besar luar biasa. Ia yakin tanpa melihat nomor celana pun si penjual pasti tahu ukura