Ma, Ini Surat Cintaku!
Aisyah serius sekali menulis sesuatu siang ini.
Tangannya meliuk-liuk lincah di atas selembar kertas merah jambu, mulut
mungilnya bergerak-gerak lambat tanpa suara seperti merapalkan sesuatu.
Sesekali kepalanya mendongak keatas lalu kembali ke kertas sambil
tersenyum-senyum penuh arti. Tak ada yang tahu apa yang ia tulis.
Sejam kemudian tulisan itu selesai. Ia mengela napas lega, menatap
puas kertas merah jambunya yang kini penuh kata. Melipatnya tiga bagian sama
rata, rapi. Memasukkannya ke amplop kecil yang juga berwarna merah jambu. Mencolekkan
lem di mulut amplop dan menutupnya. Apik sekali. Bahkan di bagian depan amplop
sampai ada pita kecil merah jambu menghiasi tulisan Happy Valentine.
Anak kelas 3 SD yang cerewet dan lincah itu pun langsung
berlari kecil ke kamar mamanya, menyodorkan amplop merah jambu tadi ke hadapan
mamanya.
“Ma, kirimin ya!” katanya penuh semangat. Mamanya
membaca sekilas tujuan surat itu lalu tersenyum mengangguk. Wajah Aisyah pun
berbinar.
“Kata Pak Pos, itu bisa sampai dalam satu hari kan, Ma?
Pakai kilat khusus?”
“Iya sayang...,” Mama tersenyum lagi mendengar celoteh
anak bungsunya ini. Menatap lagi bagian depan amplop: Kepada Yth. Allah SWT.
Taulah Mama apa yang anaknya tulis tadi siang.
Mama menatap Aisyah penuh arti, “Coba tutup hidung
kamu,” kata Mama kemudian.
Aisyah mengerutkan kening tak mengerti, lalu perlahan
menutup kedua lubang hidungnya dengan jari, menurut.
Satu detik...
Dua detik...
Tiga detik...
“Bhuah!!! Hah...hah...hah...hah..hah...,” Aisyah hanya
bertahan delapan detik menahan napas. Mama tertawa kecil, mengelus sayang
rambut Aisyah.
“Aisyah sesak napas, Ma!” Aisyah menggerutu marah ke
mamanya.
“Lega kan
sehabis menghirup udara?”
Aisyah mengangguk.
“Nah, itu balasan surat cinta Aisyah dari Allah. Bahkan
belum dikirim pun, Allah sudah membalas surat cinta Aisyah, kan?”
“Ooooo...,” Aisyah ber-ooo pelan. mengangguk-angguk sok
mengerti.
“Allah memberikan cinta dan sayang pada umat-Nya setiap
hari, sayang. Bahkan sebelum kita mengucapkan cinta pada-Nya. Tak perlu ada
Valentine.”
Aisyah manggut-manggut lagi. “Berarti Aisyah harus kirim
surat cinta tiap hari ke Allah? Bukan cuma tanggal 14? Haduh mama.....Aisyah
capek nulis tiap hari...”
Mama tergelak tertawa. “Tidak harus pakai surat, sayang,”
Mama mendudukkan Aisyah dipangkuannya, “Kamu cuma perlu sholat dan berdoa tiap
hari. Bilang ke Allah, ‘Ya, Allah, aku sayang Allah. Terima kasih banyak atas
nikmat-Mu...’”
Aisyah menatap mata Mamanya dengan sayang, lalu
tersenyum manis. Manis sekali. Senyum bukti cinta dan sayang-Nya yang tak pernah habis. Tak pupus oleh waktu.* * *
Image source: nur-aqlili-liana-c.blogspot.com
Kayanya ngegemesin deh Aisyahnya..... Nice story! :)
BalasHapusSuka banget cerita yg iniii.. Aisyah nya polos, tp ceritanya ngena :))
BalasHapusBagusssss..yang lain dong crita aisyahnya
BalasHapus